Picture
Picture
Picture
Picture

Biodiversitas (Keanekaragaman Hayati)
Written by Ahmad Abulegi, S.Pd

  1. Pengertian Sumber Daya Alam Hayati (Biodiversitas)

Pengertian Biodiversitas (dari Society of American Foresters): Biodiversitas mengacu pada macam dan kelimpahan spesies, komposisi genetiknya, dan komunitas, ekosistem dan bentang alam di mana mereka berada. Definisi yang lain menyatakan bahwa biodiversitas sebagai diversitas kehidupan dalam semua bentuknya, dan pada semua level organisasi. Dalam semua bentuknya menyatakan bahwa biodiversitas mencakup tumbuhan, binatang, jamur, bakteri dam mikroorganisme yang lain. Semua level organisasi menunjukkan bahwa biodiversitas mengacu pada diversitas gen, spesies dan ekosistem (http://www.globalissues.org/article/170/why-is-biodiversity-important-who-cares).

Menurut adif, (http://addiehf.wordpress.com/2007/06/14/keanekaragaman-sumber-daya-alam-hayati-dan-konservasinya/) Biodiversitas juga mengacu pada macam struktur ekologi, fungsi atau proses pada semua level di atas. Biodiversitas terjadi pada skala spasial yang mulai dari tingkat lokal ke regional dan global. Biodiversitas dapat pula dikelompokkan ke dalam: diversitas komposisional, struktural dan fungsi

1.      Diversitas komposisional mencakup apa yang dikenal dengan diversitas spesies termasuk diversitas genetik dan ekosistem. Menjaga diversitas genetik sangat penting bagi eksistensi diversitas spesies, sedangkan menjaga diversitas ekosistem penting untuk menyediakan habitat yang diperlukan untuk mengonservasi berbagai spesies.

2.      Diversitas struktural berkaitan dengan susunan spasial unit-unit fisik. Pada level tegakan, diversitas struktural dapat dikarakterisasi dengan jumlah strata dalam hutan, misalnya kanopi tumbuhan utama, subkanopi, semak, tumbuhan herba. Pada level bentang alam, diversitas struktural dapat diukur dengan distribusi kelas-kelas umur pada suatu hutan atau susunan spasial dari ekosistem yang berbeda.

3.      Diversitas fungsional merupakan variasi dalam proses-proses ekologi, seperti pendauran unsur hara atau aliran energi. Ini merupakan komponen yang paling sulit untuk diukur dan dipahami.

Ahli ekologi membedakan biodiversitas pada skala spasial pada tiga kategori: alpha, beta dan gamma . Diversitas alpha adalah diversitas di dalam suatu habitat. Diversitas beta merupakan diversitas di antara habitat, sedangkan diversitas gamma merupakan diversitas di antara  geografi (diversitas skala geografi).   

Sedangkan dalam Wikipedia, Keanekaragaman hayati atau biodiversitas (Bahasa Inggris: biodiversity) adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi dimana bentuk kehidupan ini merupakan bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.

Dengan demikian dari berbagai pengertian diatas dapat kita simpulkan pengertian biodiversitas atau yang kita kenal dengan keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup dan hal-hal yang berhubungan dengan ekologinya, dimana makhluk hidup tersebut terdapat. Keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkatanyaitu:

1. Keanekaragaman genetik, merupakan keanekaragaman yang paling hakiki, karena keanekaragaman ini dapat berlanjut dan bersifat ditunkan. Keanekaragaman genetik ioni berhubungan dengan keistimewaan ekologi dan proses evolusi.

2. Keanekareagaman jenis, meliputi flora dan fauna. Beraneka ragam jenis memiliki perilaku, strategi hidup, bentuk, rantai makanan, ruang dan juga ketergantungan antara jenis satu dengan yang lainnya. Adanya keanekaragaman yang tinggi akan menghasilkan kestabilan lingkungan yang mantap.

3. Keanekaragaman Ekosistem, tercakup didalamnya genetic, jenis beserta lingkungannya. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman hayati yang paling kompleks. Berbagai keanekaragaman ekosistem yang ada di Indonesia misalnya ekosistem hutan dan pantai, hutan payau (mangrove), hutan tropika basah, terumbu karang, dan beberapa ekosistem pegunungan, perairan darat maupun lautan. Pada setiap ekosistem terdapat berbagai jenis organisme, baik flora maupun fauna, dan mereka memiliki tempat hidup yang unik.

 

2. Pentingnya Biodiversitas

Banyak ahli biologi yang mempelajari keanekaragaman hayati membatasi diri untuk tujuan penilaian proses-proses ekologi. Lain percaya bahwa para ilmuwan harus mengomentari moral, filosofis dan aspek politik keanekaragaman hayati.
Pendekatan pertama berisiko kehilangan banyak spesies tanaman dan hewan untuk eksploitasi atau perkembangan, sedangkan yang kedua membawa orang untuk mempertanyakan keberpihakan dari kesimpulan ilmiah. Mana yang menurut Anda lebih baik?


Argumen untuk melindungi keanekaragaman hayati terbagi dalam dua kategori:
Keanekaragaman hayati memiliki nilai intrinsik yang bernilai untuk melindungi terlepas dari nilainya bagi manusia. Argumen ini berfokus pada pelestarian semua spesies, bahkan jika mereka setara ekologis spesies.


Keanekaragaman hayati melakukan sejumlah layanan ekologis untuk manusia yang memiliki ekonomi, estetika atau nilai rekreasi. Argumen ini berfokus pada pelestarian spesies sejak nonequivalent ekologis ekologis yang setara yang berlebihan dalam hal layanan yang diberikan

(G. Bell, pers comm)

Kedua sudut pandang (intrinsik dan antroposentris) tidak perlu bertentangan, karena mereka melayani tujuan akhir yang sama. Namun, mereka sering dianggap tidak cocok karena mereka berasal dari dua filosofi yang sangat berbeda: salah satu yang dilihat alam sebagai bawaan berharga dan salah satu yang menganggap itu sebagai bernilai ekonomis.

 

3. Nilai-Nilai Keanekaragaman Hayati

3.1 Nilai Ekologis

Setiap sumberdaya alam merupakan unsur ekosistem alam. Sebagai misal, suatu tumbuhan dapat berfungsi sebagai pelindung tata air dan kesuburan tanah. Suatu jenis satwa dapat menjadi key species yang menjadi kunci keseimbangan alam.

3.2  Nilai Komersial

Secara umum telah dipahami bahwa kehidupan manusia tergantung mutlak kepada sumber daya alam hayati. Keanekaragaman hayati mempunyai nilai komersial yang sangat tinggi. Sebgai gambaran, sebagian dari devisa Indonesia dihasilkan dari penjualan kayu dan bentuk-bentuk lain eksploitasi hutan.

3.3 Nilai Sosial dan Budaya

Keanekaragaman hayati mempunyai nilai sosial dan budaya yang sangat besar. Suku-suku pedalaman tidak dapat tinggal diperkotaan karena bagi mereka tempat tinggal adalah hutan dan isinya. Sama halnya dengan suku-suku yang tinggal dan menggantungkan hidup dari laut. Selain itu keanekaragaman hayati suatu negara lain didunia. Konstribusi-konstribusi ini tentunya memberikan makna sosial dan budaya yang tidak kecil.

3. 4 Nilai Rekreasi

Keindahan sumber daya alam hayati dapat memberikan nilai untuk menjernihkan pikiran dan melahirkan gagasan-gagasan bagi yang menikmatinya. Kita sering sekali pergi berlibur ke alam, apakah itu gunung, gua atau laut dan lain sebagainya, hanya untuk merasakan keindahan alam dan ketika kembali ke perkotaan kita merasa berenergi untuk terus melanjutkan rutinitas dan kehidupan.

3.5 Nilai Penelitian dan Pendidikan

Alam sering kali menimbulkan gagasan-gagasan dan ide cemerlang bagi manusia. Nilai ini akan memberikan dorongan untuk mengamati fenomena alam dalam bentuk penelitian. Selain itu alam juga dapat menjadi media pendidikan ilmu pengetahuan alam, maka sangat diperlukan bahan untuk penelitian maupun penghayatan berbagai pengertian dan konsep suatu ilmu pengetahuan.

(http://addiehf.wordpress.com/2007/06/14/keanekaragaman-sumber-daya-alam-hayati-dan-konservasinya/).

Didalam artikel yang memuat tentang biodiversity (http://redpath-museum.mcgill.ca/Qbp/2.About%20Biodiversity/importance.html), menyebutkan bahwa didalam keanekaragaman hayati ditemukan adanya nilai-nilai yang terkandung. Nilai tersebut dijelaskan sebagai berikut ;  

Economic benefits

The notion that biodiversity has provided us with many benefits is well understood. Some of these benefits come in the form of goods that can be directly valued and costed because they provide something that can be extracted and sold. These goods include everything from all the domesticated agricultural crops that form the basis of the world's food supply, to medicines that protect and cure us to the fibres that make up the clothes we wear. Thus biodiversity is widely valued as food pantry, genetic storehouse for biotechnology and a place to retreat to when we need to get away from our hectic urban existence.

Biodiversity also provides critical indirect benefits to humans that are difficult to quantify because we have never had to put a price tag on them. These benefits encompass ecosystem services , such as air and water purification, climate regulation, and the generation of moisture and oxygen. A group of ecologists who recently attempted to quantify the price of replacing these ecosystem services calculated that they would cost over $3 trillion. That's greater than the entire global GNP! In other words, the world cannot afford to replace these services, therefore we must work to protect our ecosystems.

Natural communities maintain proper gaseous concentrations in the atmosphere and prevent rapid climate changes. Drastic changes in the Earth's atmosphere can have catastrophic effects. Such changes are believed to have led to the disappearance of dinosaurs from Earth 65 million years ago. Much less drastic changes resulted in several global ice ages, the last of which ended 10 thousand years ago.

Vegetation helps recycle moisture into the atmosphere. A single corn plant (1 lb dry weight) can transfer 60 gallons of water from soil to atmosphere in a few months. A single rainforest tree, in its 100 year lifespan can transfer approximately 2.5 million gallons from soil to air. Their role in the hydrologic cycle is crucial.

A multiplicity of organisms is required to create soils and maintain fertility through complex cycles and interactions. Plant roots break up rock to create soil particles, small animals like earthworms, mites, insects and millipedes help give soil its texture and fertility and are crucial to its aeration. Even tinier soil microorganisms and fungi are responsible for cycling essential nutrients like nitrogen, phosphorus and sulfur and making them available to higher plants. And their numbers are staggering. A gram of fertile agricultural soil may contain 2.5 billion bacteria, 400 000 fungi, 50 000 algae and 30 000 protozoa. All these organisms have particular functions and interact with each other and with their physical environment to create the fertile soil that humans depend on for agricultural production.

Natural ecosystems also help absorb the wastes we create and render them nontoxic. Wetlands are large filters which purify freshwater and remove heavy metals and other contaminants from it. We often depend on rivers to flush away and break down the sewage and effluents that we put into them, which again depends on the array of small and large organisms that decompose and transform wastes in water. Soil organisms can slowly decompose food items, paper products and other wastes produced by human activities. (Erlich and Erlich, 1992)

Economic arguments for protecting biodiversity are criticized for being too utilitarian and human-centered. Indeed, an excessive emphasis on the economic values of different species is seen as dangerous for two reasons: there is bias towards the protection of species and ecosystems that have attributable economic value and this perspective may also lead to the conclusion that ecosystems that are not directly benefitting humans are worth more to humans developed than undeveloped.

Aesthetic value and recreation

In North America, protected wild areas where indigenous organisms live undisturbed give people a sense of satisfaction in knowing that there are bears and wolves and rare plants and insects that still exist on their continent. Natural and wild landscapes are aesthetically pleasing and provide opportunities to get away from human-dominated landscapes. They also provide opportunities for recreational activities such as hiking, canoeing, birdwatching and nature photography.(Erlich and Erlich, 1992)

This argument is criticized for two reasons: first, aesthetic value is not necessarily equated to biodiversity; some of the most aesthetically pleasing landscapes are poor in diversity of habitats and species (e.g. mountains) while some unspectacular landscapes are incredibly rich in biodiversity (e.g. swamps and wetlands). Second, this aesthetic argument is relevant only to a minority of wealthy citizens in developed countries and holds little relevance to the majority of the world's population (Takacs, 1996).

Future potential

While there are hundreds of examples of known economic and aesthetic benefits of biodiversity, biologists and other scientists frequently outline that more is unknown than known. Important ecosystem services and uses for plants and animals are still unknown and await discovery. Yet these cannot be discovered, and benefit humankind, if they disappear before discovery. The threat to biodiversity can be compared to book burning (the obliteration of former and future knowledge).

Many of our valuable goods, from spices (cinnamon, pepper) to critical medications (aspirin, tamoxifen, quinine, digitalis) have been discovered "accidentally" because plants or animals produced chemicals for defense or attraction. We would not have otherwise considered the organisms from which these chemicals originated as valuable and worthy of conservation.

Manfaat ekonomi

Gagasan bahwa keanekaragaman hayati telah memberikan kita dengan banyak manfaat dipahami dengan baik. Beberapa manfaat ini datang dalam bentuk barang yang dapat langsung dinilai dan costed karena mereka memberikan sesuatu yang dapat diambil dan dijual. Barang-barang ini meliputi segalanya dari semua piaraan tanaman pertanian yang membentuk dasar persediaan makanan dunia, untuk obat-obatan yang melindungi dan menyembuhkan kita pada serat yang membentuk pakaian yang kita kenakan. Dengan demikian keanekaragaman hayati secara luas dinilai sebagai makanan dapur, gudang genetik untuk bioteknologi dan tempat untuk mundur ketika kita perlu untuk melarikan diri dari keberadaan kita sibuk perkotaan.

Keanekaragaman hayati juga memberikan manfaat tidak langsung penting untuk manusia yang sulit untuk dihitung karena kami belum pernah untuk meletakkan label harga pada mereka. Manfaat ini meliputi layanan ekosistem, seperti udara dan air pemurnian, regulasi iklim, dan generasi kelembaban dan oksigen. Sekelompok ahli ekologi yang baru-baru ini mencoba untuk menghitung harga menggantikan layanan ekosistem ini bahwa mereka akan menghitung biaya lebih dari $ 3 triliun. Itu lebih besar daripada seluruh GNP global! Dengan kata lain, dunia tidak mampu menggantikan layanan ini, oleh karena itu kita harus bekerja untuk melindungi ekosistem kita.

Komunitas alami yang tepat menjaga konsentrasi gas di atmosfir dan mencegah perubahan iklim yang begitu cepat. Perubahan drastis dalam atmosfir bumi dapat memiliki efek bencana. Perubahan seperti diyakini telah menyebabkan hilangnya dinosaurus dari Bumi 65 juta tahun yang lalu. Apalagi mengakibatkan perubahan drastis dalam beberapa zaman es global, yang terakhir dari yang berakhir 10 ribu tahun yang lalu Vegetasi membantu mendaur ulang uap air ke atmosfer. Sebuah tanaman jagung (£ 1 berat kering) dapat mentransfer 60 galon air dari tanah ke atmosfer dalam beberapa bulan. Sebuah pohon hutan hujan, dalam usia 100 tahun dapat mentransfer sekitar 2,5 juta galon dari tanah ke udara. Peran mereka dalam siklus hidrologi sangatlah penting.

Sebuah banyaknya organisme diperlukan untuk menciptakan dan memelihara kesuburan tanah melalui siklus kompleks dan interaksi. Akar tanaman putus batu untuk menciptakan partikel tanah, binatang-binatang kecil seperti cacing tanah, tungau, serangga dan kaki seribu membantu memberikan tekstur tanah dan kesuburan dan sangat penting untuk para aerasi. Bahkan tanah mungil mikroorganisme dan jamur yang bertanggung jawab untuk bersepeda nutrisi penting seperti nitrogen, fosfor dan belerang dan membuat mereka tersedia bagi tumbuhan tingkat tinggi. Dan jumlah mereka yang mengejutkan. Sebuah gram tanah pertanian subur mungkin mengandung 2,5 miliar bakteri, jamur 400 000, 50 000 ganggang dan protozoa 30 000. Semua organisme memiliki fungsi tertentu dan berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungan fisik mereka untuk menciptakan tanah subur bahwa manusia tergantung pada produksi pertanian.

Ekosistem alam juga membantu menyerap limbah kita menciptakan dan membuat mereka nontoxic. Lahan basah yang besar filter yang memurnikan air tawar dan menghilangkan logam berat dan kontaminan lainnya dari itu. Kita sering bergantung pada sungai untuk menyiram diri dan memecah limbah dan limbah bahwa kita dimasukkan ke dalam mereka, yang lagi-lagi tergantung pada berbagai organisme besar dan kecil yang membusuk dan mengubah limbah dalam air. Organisme tanah perlahan-lahan dapat membusuk makanan, produk kertas dan limbah lainnya yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. (Erlich dan Erlich, 1992). Pernyataan ekonomi untuk melindungi keanekaragaman hayati dikritik karena terlalu utilitarian dan berpusat pada manusia. Memang, penekanan yang berlebihan pada nilai-nilai ekonomi dari spesies yang berbeda dipandang sebagai berbahaya karena dua alasan: ada bias terhadap perlindungan spesies dan ekosistem yang disebabkan oleh nilai ekonomi dan perspektif ini dapat juga mengarah pada kesimpulan bahwa ekosistem yang tidak langsung diuntungkan manusia lebih berharga bagi manusia berkembang daripada berkembang.

 

Nilai estetika dan rekreasi

Di Amerika Utara, daerah-daerah liar yang dilindungi di mana organisme hidup pribumi tidak terganggu memberi orang rasa puas mengetahui bahwa ada beruang dan serigala dan langka tanaman dan serangga yang masih ada di benua mereka. Alam dan lanskap yang liar estetis menyenangkan dan memberikan kesempatan untuk menjauh dari manusia yang didominasi lanskap. Mereka juga menyediakan kesempatan bagi kegiatan rekreasi seperti hiking, bermain kano, burung dan alam fotografi. (Erlich dan Erlich, 1992)

Argumen ini dikritik karena dua alasan: pertama, nilai estetika tidak selalu disamakan dengan keanekaragaman hayati; beberapa yang paling menyenangkan pemandangan estetis miskin dalam keragaman habitat dan spesies (misalnya gunung) sementara sebagian pemandangan spektakuler yang luar biasa kaya keanekaragaman hayati (misalnya rawa-rawa dan lahan basah). Kedua, argumen estetika ini hanya relevan untuk sebagian kecil warga kaya di negara-negara maju dan memiliki sedikit relevansi pada mayoritas penduduk dunia (Takacs, 1996)

 

Potensial masa depan

Sementara ada ratusan contoh yang diketahui manfaat ekonomi dan estetis keanekaragaman hayati, ahli biologi dan ilmuwan lain yang lebih sering garis besar diketahui daripada diketahui. Jasa ekosistem yang penting dan menggunakan untuk tanaman dan hewan yang masih belum diketahui dan menunggu penemuan. Namun ini tidak dapat ditemukan, dan manfaat umat manusia, jika mereka menghilang sebelum penemuan. Ancaman terhadap keanekaragaman hayati dapat dibandingkan dengan pembakaran buku (yang pemusnahan mantan dan masa depan pengetahuan).

Banyak barang-barang berharga kita, dari rempah-rempah (kayu manis, lada) untuk kritis obat (aspirin, tamoxifen, kina, digitalis) telah ditemukan "tanpa sengaja" karena tanaman atau hewan yang dihasilkan bahan kimia untuk pertahanan atau daya tarik. Kita tidak akan dianggap sebagai organisme lain dari mana bahan kimia ini berasal sebagai berharga dan layak konservasi.

Dari dua pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa nilai-nilai yang terkandung didalam keanekaragaman hayati (biodiversitas) adalah nilai ekologis, komersial, social dan budaya, rekreasi serta nilai penelitian dan pendidikan maka, kita harus menjaga nilai-nilai ini agar tidak hilang dan terus tetap terjaga. Hal ini dilakukan karena begitu pentingnya biodiversitas bagi keseimbangan kehidupan didunia ini.

 

Konservasi Biodiversitas

Istilah konservasi mempunyai definisi pemanfaatan dan pengelolaan alam dan sumber daya alam yang bijaksana bagi kepentingan manusia. Konsep konservasi pada intinya adalah melindungi, memanfaatkan dan mempelajari.

Kegiatan konservasi mencakup beberapa sektor, yaitu sektor ilmiah, sektor sosial budaya dan sektor pengolahannya. Ketiga sektor ini harus saling melengkapi mengikat satu sama lainnya. Sektor ilmiah melaksanakan kegiatan-kegiatan penelitian-penelitian dan pengamatan yang bersifat ilmiah, artinya kegiatan ini bersifat terbuka, terukur, sistematik nalar dan berkaitan dengan sistematik yang ada. Misalnya penelitian tentang satu jenis folra dan fauna tertentu, baik dari populasi atau habitatnya. Sektor sosial budaya dan ekonomi perlu dipahami, sebab latar belakang masyarakat berpengaruh terhadap perlindungan pelestarian dan pemanfaatan sumberdaya alam hayati. Sektor pengolahan adalah bagaimana manusia mengelola sumber daya alam yang ada secara bijaksana.

Dukungan yang mengglobal terhadap konservasi didasarkan karena penghargaan estetika, pengetahuan bahwa produk-produk yang berguna dapat saja berasal dari jenis yang belum dikenali, dan pengertian bahwa lingkungan harus menjadi fungsi biosphere yang tepat, khusunya yang berhubungan dengan kebutuhan manusia akan udara, air dan tanah, yang mana saat ini mengalami degradasi yang sangat cepat.

Akan tetapi usaha-usaha konservasi menjadi rumit dan kompleks dengan adanya kesulitan ekonomi yang dihadapi oleh setiap orang dimuka bumi ini. Para konservasionis murni akan memilih untuk melakukan pembangunan total pada kehidupan alam, akan tetapi kenyataan politik dan ekonomi memaksa bahwa pendekatan ini tidak dapat dilaksanakan.

Pada kenyataannya, tiga nilai yang terkandung dalam konsep konservasi, yaitu melindungi, memanfaatkan dan mempelajarri masih belum berjalan secara seimbang. Nilai pemanfaatan jauh lebih banyak diterapkan dari pada dua nilai yang lainnya. Inilah yang menjadi akar permasalahan dalam usaha-usaha konservasi dimana saja, terutama di negara-negara berkembang (http: //addiehf.wordpress.com/2007/06/14/keanekaragaman-sumber-daya-alam-hayati-dan-konservasinya/).

Dengan demikian kita dapat mengetahui bahwa konservasi merupakan salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan untuk melindungi keanekaragaaman hayati agar tetap seimbang dan tetap utuh (tidak punah). Konservasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara in-situ dan exsitu.

Ex-situ conservation means literally, "off-site conservation". It is the process of protecting an endangered species of plant or animal outside of its natural habitat; for example, by removing part of the population from a threatened habitat and placing it in a new location, which may be a wild area or within the care of humans. While ex-situ conservation comprises some of the oldest and best known conservation methods, it also involves newer, sometimes controversial laboratory method (http://en.wikipedia.org/wiki/Ex-situ_conservation).

Konservasi ex-situ secara harfiah berarti, "off-site konservasi". Ini merupakan proses melindungi spesies yang terancam tumbuhan atau binatang di luar habitat alaminya, misalnya dengan membuang bagian dari populasi dari habitat yang terancam dan menempatkannya di lokasi yang baru, yang mungkin menjadi daerah liar atau di dalam perawatan manusia. Sementara konservasi ex-situ terdiri dari beberapa tertua dan paling terkenal metode konservasi, tetapi juga melibatkan lebih baru, kadang-kadang kontroversial metode laboratorium(http://en.wikipedia.org/wiki/Ex-situ_conservation).

In-situ conservation means "on-site conservation". It is the process of protecting an endangered plant or animal species in its natural habitat, either by protecting or cleaning up the habitat itself, or by defending the species from predators. This term refers also to the conservation of genetic resources in natural populations of plant or animal species, such as forest genetic resources in natural populations of tree species, and is increasingly being applied to conservation of agricultural biodiversity in agroecosystems by farmers, especially those using unconventional farming practices. One benefit to in-situ conservation is that it maintains recovering populations in the surrounding where they have developed their distinctive properties. Another is that this strategy helps ensure the ongoing processes of evolution and adaptation within their environments. As a last resort, ex-situ conservation may be used on some or all of the population, when in-situ conservation is too difficult,  or impossible (http://en.wikipedia.org/wiki/In-situ_conservation).

Konservasi in-situ berarti "di tempat konservasi". Ini adalah proses untuk melindungi tanaman yang terancam punah atau spesies hewan dalam habitat alami, baik dengan melindungi atau membersihkan habitat itu sendiri, atau dengan mempertahankan spesies dari predator. Istilah ini mengacu juga untuk konservasi sumber daya genetik dalam populasi alami tumbuhan atau spesies hewan, seperti sumber daya genetik hutan alam jenis pohon populasi, dan semakin banyak diterapkan pada pertanian konservasi keanekaragaman hayati di agroecosystems oleh petani, khususnya mereka yang menggunakan inkonvensional praktek pertanian. Satu keuntungan untuk konservasi in-situ adalah bahwa hal itu memulihkan mempertahankan populasi di sekitar di mana mereka telah mengembangkan sifat-sifat khas mereka. Lain adalah bahwa strategi ini akan membantu memastikan proses-proses yang sedang berlangsung evolusi dan adaptasi dalam lingkungan mereka. Sebagai usaha terakhir, konservasi ex-situ dapat digunakan pada beberapa atau seluruh penduduk, ketika konservasi in-situ terlalu sulit, atau tidak mungkin (http://en.wikipedia.org/wiki/In-situ_conservation).

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan sebagai berikut;

Konservasi in situ adalah upaya konservasi suatu species di habitat aslinya, sebaliknya konservasi ek situ adalah upaya konservasi suatu species di luar habitat aslinya. Pada perkembangannya, terminologi konservasi ek situ cenderung terspesialisasi menjadi suatu upaya konservasi yang dilakukan di luar habitat manusia dengan intervensi manusia yang cukup intensif, sehingga rujukan contoh kawasan konservasi eksitu adalah kebun binatang (zoos), kebun raya (botanical garden), sea world (aquaria), bank genetik, kebun plasma nutfah dsb.

Berdasarkan data (http://www.fkt.ugm.ac.id/id/blog-alumni/konservasi-di-lahan-budidaya-farm-conservation-sebuah-alternatif-upaya-konservasi), Pendekatan konservasi eksitu memiliki kritik berkaitan dengan (1) minimnya jumlah jenis yang dikonservasi, karena terutama hanya berfokus pada mamalia, reptilia dan aves, sementara takson lain diabaikan, (2) membutuhkan pendanaan yang cukup besar, (3) membutuhkan keahlian khusus, sehingga cenderung ekslusif dimana tidak semua orang mampu melakukannya, hanya yang memiliki keahlian atau ketrampilan tertentu, (4) etika yang berkaitan dengan kesejahteraan hewan (animal welfare).

Sedangkan konservasi insitu juga memiliki kelemahan yang berkaitan dengan (1) kebutuhan luasan yang cukup luas, saat ini sulit mengalokasikan lahan yang cukup luas agar tidak bertabrakan dengan kepentingan ekonomi masyarakat setempat, dan (2) jaminan kelestarian populasi sulit dipertanggungjawabkan selama konflik sosial ekonomi masih ada.